Thursday, September 29, 2022

Cara cari orderan ojol buat yang baru gabung Grab Gojek Maxim

   

Dokumentasi pribadi. 


 Terhitung 5 tahun sudah gue menjalani hari-hari sebagai driver ojol Grab. Awalnya buat iseng cari uang tambahan jajan aja sih. Eh gataunya bisa buat nambahin bayaran selama gue kuliah kemarin.

     Nah, oleh karena itu, gue di sini pengen membagikan tips dan cara dapetin orderan ojol buat lo yang baru gabung sebagai driver ojol entah itu Grab, Gojek, Maxim maupun Indriver. 



1. Selalu pastikan menunggu di tempat atau menghampiri tempat yang ramai orang. 


   Karena pekerjaan sebagai driver Grab atau Gojek atau sejenisnya memerlukan kehadiran orang ramai sebagai potensi mendapatkan yang lebih besar, maka, menunggu di tempat atau menghampiri tempat yang ramai adalah salah satu kunci dasar mendapatkan orderan. Contoh: bubaran sekolah, kantor, pabrik, pasar, maupun tempat kuliner.


2. Jangan terlalu lama menunggu atau kebanyakan nongkrong! 


   Masalah kedua yang gue alami atau observasi sendiri dari sehari-hari jadi driver Grab adalah kadang ada waktunya gue terlalu enak menunggu di suatu tempat yang biasanya memang ramai orderan. Sampai-sampai kelamaan menunggu dan ga dapet-dapet. Jangan merasa ga enak hati buat ambil pesanan yang masuk kalau lagi nongkrong bareng teman seprofesi.


3. Jangan terlalu banyak jalan tanpa orderan


  Ini adalah salah satu kesalahan yang gue lakukan saat awal-awal jadi driver Uber (sebelum akhirnya pindah ke Grab). Gue yang belum kenal dan hafal jalanan terlalu asyik jalan terus ga jelas tanpa bawa orderan/pesanan. Padahal kebiasaan kaya gini bikin boros bensin juga pegal badan doang dan ya.. bikin pegal badan juga sih. hehehe. Gue pernah sepolos itu saat awal jadi driver ojol. 

continue reading Cara cari orderan ojol buat yang baru gabung Grab Gojek Maxim

Tuesday, September 6, 2022

Selain nyaman, hal-hal ini yang bikin enak scalling gigi di klinik FDC

 

Kertas instruksi sehabis pembersihan karang gigi


Rasa-rasanya, setiap habis makan pasti selalu ada aja makanan yang nyelip di gigi. Bau mulut juga sepertinya makin hari makin ga sedap. Mungkin karena karang gigi yang belum pernah dibersihkan ya. 


Oleh karena itu, hari Minggu yang lalu, gue terpikirkan untuk mengunjungi dokter gigi dalam rangka pembersihan karang gigi sekalian bertanya ada masalah ga di gigi dan mulut gue. 

Dokter gigi pertama yang gue ingat dan tahu adalah dokter gigi di dekat rumah. Tapi, gue agak ragu untuk berkunjung ke sana karena khawatir dana yang tersedia tidak mencukupi untuk hal tersebut. 

Akhirnya gue coba buat intip ke Instagramnya FDC Clinic nih. Ternyata kalau mau kunjungan ke sana harus reservasi via aplikasi. Kesan pertama gue langsung "wahh canggih banget ya berarti". Sesudah sedikit drama dengan pendaftaran akun di aplikasi, gue bisa lihat-lihat tuh para dokter gigi dengan jadwal prakteknya.  Ini jadi point pertama yang jadi kelebihan FDC Dental Clinic. 

  Karena bisa pesan lewat aplikasi, jadinya gue memilih FDC cabang Tangcity mall karena memang dekat dengan rumah dan jadwal dokternya yang malam. Biar ga macet dan adem. Ini jadi point kedua yang bikin beda FDC Dental Clinic dari klinik gigi lainnya. Calon pasien bebas memilih jadwal kapanpun yang diinginkan. 

 Setibanya di sana setengah jam sebelum 20.30, gue terkesan dengan tampilan ruangan tunggu calon pasien yang juga sekaligus ruang resepsionis. Karena udah sepi, jadinya ga perlu waktu lama untuk antre. Barulah 5 menit sebelum jadwalnya gue diminta naik ke lantai 3 untuk pembersihan karang gigi oleh dokter gigi Martha Leica. Point ketiga selanjutnya adalah suasana ruang tunggu kliniknya nyaman dan estetik banget. Tapi sayang gue lupa foto hehehe.

  Khawatir dan tegang menjadi satu. Hembusan udara pendingin ruangan seakan tak terasa. Baru kali itu kunjungan ke dokter gigi lagi setelah terakhir ketika gigi susu terakhir tanggal. Dokter gigi dan asisten perawatnya berpakaian alat pelindung diri yang lengkap. 

  Ga lama setelahnya, duduklah gue di kursi pesakitan pasien dokter gigi yang lengkap dengan perintilannya. Kursi tersebut diturunkan posisi senderan punggungnya bersama dengan posisi lampu pencahayaan buat gigi. Pertama-tama, bagian mulut gue diperiksa dengan kamera intra oral. 

"Bagian mulutnya diperiksa dulu ya pake ini. Alat ini selalu diganti baru setiap pasien. Jadi steril" kata Drg Martha Leica atau biasa disapa dokter ica. 

Terpampanglah karang-karang gigi yang belum pernah dibersihkan dalam susunan gigi gue. Bagian depan, samping kanan-kiri, sampai bagian dalam atas-bawah. Ada yang putih tebal menutupi gigi. Ada juga yang tipis hitam di bawah sela-sela gigi. 

Pembersihan karang gigi tersebut berlangsung kurang lebih selama tiga puluh menit. Setelahnya, dijelaskan kepada gue hal-hal yang harus dilakukan setelah scalling gigi. Gue juga sekalian bertanya tentang kondisi kesehatan gigi dan mulut secara keseluruhan ke dokternya. 

Pokoknya pengalaman pertama membersihkan karang gigi(scalling) di klinik gigi fdc ini asik banget dan menyenangkan. Berbanding terbalik dengan bayangan orang banyak kalau ke dokter gigi. 

continue reading Selain nyaman, hal-hal ini yang bikin enak scalling gigi di klinik FDC

Monday, July 4, 2022

Kehidupan SMA dan Slow Living



Kenangan anda, 6 tahun yang lalu


Google foto memberi notifikasi pengingat kenangan dengan foto yang gue samar-samar ingat rasanya seperti apa. Pemberitahuan itu gue klik untuk membukanya. 


***


Gue menyandarkan tangan ke dinding pembatas lantai dua gedung sekolah. Angin berhembus mesra menyibak rambut yang mulai agak panjang. Teman-teman ramai berkumpul di luar kelas. Hari itu, masih dalam rangka pekan-pekan terakhir menuju ujian nasional. 


Samar-samar teringat di benak, raut wajah teman-teman SMA yang berkumpul di luar kelas itu terbagi menjadi beberapa hawa. Kelompok pertama adalah si optimis dan tanpa khawatir terhadap ujian-ujian terakhir yang akan dihadapi. Mereka tersenyum dengan bahagia. Kelompok kedua adalah yang tidak terlalu optimis tapi tetap realistis. Sedang kelompok teman terakhir adalah yang hawanya netral. Mungkin bisa dikategorikan sebagai penganut yang penting lulus. Dan, ternyata hari-hari terakhir di SMA yang ingin cepat diselesaikan karena bayangan bisa kerja dan beli ini-itu adalah waktu yang hari ini lebih sering dikenang daripada fase hidup yang lain. 


Karena... Saat SMA, secara ga sadar gue mempraktekkan apa yang orang-orang hari ini sebut sebagai Slow Living


Slow Living tuh apa dip? Pasti leha-leha rebahan seharian ya? 


Bukan. Secara sederhana, Slow Living adalah gaya atau cara hidup untuk menikmati semua momen yang ada tanpa mengkhawatirkan terhadap segala sesuatu yang belum pasti terjadi. 

Di SMA, yang gue pusingkan hanya memang hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan tanpa ada hal-hal lain kaya keuangan apalagi percintaan. 

Selama 3 tahun tersebut, gue merasakan menjalani hari-hari dengan penuh kesadaran tanpa pusing masa depan. Besok ada PR pelajaran pertama tapi ga sempat ngerjain? Bangun pagi, kita kerjain jam 6 di kelas! Hahaha. Padahal PR-nya matematika pula. 

Ditolak gebetan yang jadi rebutan? Ga masalah. Deketin yang laen! 

Diomelin guru sampai dihukum push up karena ga bisa jawab pertanyaan di papan tulis? Gapapa. Namanya juga hidup. Hitung-hitung olahraga biar ganteng sehat. 

Saat SMA, gue berani banget buat memutuskan berjualan nasi kepal (Onigiri)  keliling ke kelas-kelas tanpa peduli perhitungan untung-ruginya gimana. Yang penting biasakan diri buat nambah cuan dan jajan tambahan. Entah antara bodoh atau masih terlalu polos. Gue nothing to lose aja saat berjualan di SMA. 

Bisa punya kenalan, teman, dan beberapa teman dekat dari seangkatan. Pecicilan ikut OSIS, Pramuka, dan Paskibraka. Seru banget kalau diceritain mah. 

Bisa dibilang, menjalani kehidupan sebagai siswa SMA di SMAN 6 tangerang itu adalah bagian terbaik di kehidupan remaja gue. Maksimal bertumbuh dan berkembang. 

Sekarang, gue lagi mengalami hal yang kebalikan dari apa yang dirasakan saat SMA. Bawaannya resah aja gitu. Apalagi ngomongin keuangan di masa depan. Sampai-sampai gue rasa ini salah satu penyebab akhirnya harus pergi ke Psikiater. Tapi, tentu saja gue ga bisa terus begini. Gue coba membiasakan diri untuk terbiasa lagi dengan gaya atau cara hidup Slow Living


Kalo kata urang Sunda mah:


Kumaha Engke Wae lah. Cukup rencanakan, jalani, dan maksimalkan. 


continue reading Kehidupan SMA dan Slow Living

Saturday, April 30, 2022

Resensi buku: Filosofi Teras—Henry Manampiring, sebuah pengantar untuk kebahagiaan



 Judul buku: Filosofi Teras

Nama penulis: Henry Manampiring

Penerbit: Kompas Gramedia

Tahun terbit: Januari, 2022 cetakan ke-22

Tebal: 297 halaman

Harga: 98,000 Rupiah


Sinopsis:

     Lebih dari 2.000 tahun lalu, sebuah mazhab filsafat menemukan akar masalah dan juga solusi dari banyak emosi negatif. Stoisisme atau Filosofi Teras, adalah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bisa membantu kita mengatasi emosi negatif dan menghasilkan mental yang tangguh dalam menghadapi naik-turunnya kehidupan. 


    Jauh dari kesan filsafat sebagai topik berat dan mengawang-awang, Filosofi Teras justru bersifat praktis dan relevan dengan kehidupan Generasi Milenial dan Gen-Z masa kini. 


Resensi:


     Buku yang membahas aliran filsafat yang dalam ranah kebiasaan sehari-hari ini cukup menarik banyak perhatian banyak orang. Termasuk saya sendiri salah satunya. Aliran filsafat yang dibahas pun tak serumit yang dibayangkan jika mendengar kata filsafat. Yakni aliran filsafat Stoikisme atau jika dalam terjemahannya adalah filosofi teras. Sebuah ajaran untuk menyikapi kehidupan yang tak menentu. 

    Terdapat banyak kelebihan dalam buku ini. Di antaranya adalah pertama, buku ini berhasil membahas tentang stoikisme secara mudah dan cenderung dalam bahasa sehari-hari. Kelebihan kedua adalah penyertaan wawancara terhadap orang-orang yang berkaitan dengan aliran Stoikisme (mulai dari praktisi atau yang sudah menerapkan aliran ini dalam keseharian sampai para ahli yang berhubungan dengan Psikologi) juga menambah nilai plus untuk buku ini.

    Kelebihan ketiga dalam buku ini adalah ilustrasi pada setiap bab yang cenderung out of the box dan membuat tersenyum bahagia. 

     Akan tetapi, di balik kelebihan-kelebihan tersebut, tentunya buku ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan dalam buku ini adalah menurut saya pribadi belum bisa mencakup semua hal yang berkaitan dengan aliran Stoikisme. Oleh karenanya, buku ini lebih cenderung bisa dijadikan buku pengantar untuk mendalami aliran Stoikisme pada judul-judul buku yang lain. 

continue reading Resensi buku: Filosofi Teras—Henry Manampiring, sebuah pengantar untuk kebahagiaan

Thursday, March 31, 2022

Pacaran dan Never put all eggs in just one basket


Pacarannya 7 tahun sama siapa, nikahnya sama siapa... 


Udah ditemenin dari nol, pas di puncak malah sama yang lain.... 


Pernah ga sih dari kalian yang mendengar atau membaca sendiri pengalaman-pengalaman orang lain tentang ditinggal nikah sama kekasih yang udah lama bersamanya? 

Sering dong yaaa. 


Rasanya pasti sesak sekali. 

Di tulisan ini, gue bakal bahas lanjutan tulisan yang sebelumnya.  Tentang nasehat investasi keuangan yang bisa diterapkan dalam hal percintaan. Yakni never put all eggs in just one basket. 

Maksudnya gimana sih bisa diterapin ke hal percintaan? 

Jadi gini, yang namanya hari esok atau masa depan kan ga pernah ada yang tahu pasti ya gimana wujudnya sekalipun itu katanya peramal atau ahli tarot blablabla. Nah bagian dari ketidakpastian masa depan itu adalah pilihan hati manusia. Bisa aja kan, si X (cowok) dan si Y(cewek) ini komitmen buat pacaran sampai nikah tapi akhirnya harus ada salah satu yang meninggalkan nikah karena beberapa hal. Mungkin lebih cocok. Mungkin lebih mapan. Mungkin juga cowok yang lain lebih berani buat memberi kepastian hubungan. Bisa juga yang ga pernah kepikiran buat nikah malah jadi. 

Tapi, yang celaka dari proses pacaran ini adalah... Bisa aja keduanya sudah all in buat bahagiain satu sama lain sampai-sampai yang paling fatal adalah perempuan yang memberikan kesuciannya buat lelaki yang belum tentu bakal setia setelahnya. 

Atau jika kasusnya itu dari sudut pandang laki-laki, bisa aja dia udah all in buat sang cewek namun akhirnya mereka ga bisa bersama karena si perempuan malah pilih cowok yang lain. 

Nah, kalo disamain dengan nasehat investasi keuangan never put all eggs in just one basket apa? Ya jadi loss. Totally. Semua uang, tenaga, pikiran, dan waktu terbuang.

Berasa kena investasi bodong gitu. 

Tapi, bukan berarti saat kalian terikat dengan seseorang, harus menyiapkan "cadangan"nya terlebih dahulu. Itu mah namanya ga bisa setia. 

Yang gue maksud adalah, jangan menaruh harapan 100% pada kekasih yang belum sah dan belum pasti. Biar kalo gagal ga merasakan kekecewaan yang mendalam. 

Kalo kata aliran filsafat stoikisme mah ya,  harus menyiapkan skenario terburuk dalam segala pilihan. Begitu pun pacaran. Kalo kalian akhirnya ga bisa bersama dengan yang dicintai sekarang, rencana selanjutnya gimana? Lanjut fokus karir? Self healing first? Atau segera cari yang baru? Tapi yang baru asal jangan jadi pelampiasan aja. 

Reaksinya gimana? 

Kecewa? 

Sedih banget? 

Atau udah menyiapkan rasa kecewa tersebut dengan mensimulasikannya kaya stoikisme? 

Menurut gue sih, pacaran kalau buat saling mengenal satu sama lain dan ga menaruh 100% harapan juga pengorbanan sih ga masalah. Yang masalah kan kalau sampai bablas. 

continue reading Pacaran dan Never put all eggs in just one basket

Friday, March 18, 2022

Tentang Witing Tresno Jalaran Soko Kulino (Cinta Karena Terbiasa)


"Emang kalo witing tresno jalaran soko kulino itu bisa terjadi karena apa pak?" tanya gue ke bapak yang sama-sama sedang berbaring sambil menonton teve di ruang tamu multifungsi.

"karena pihak yang diusahakan mau"


   Kurang lebih seperti itulah sepotong obrolan dengan bapak yang masih gue ingat di suatu malam yang masih tak terlalu pekat. Gue gatau atau  kurang ingat gimana awalan obrolan tersebut dimulai. Kira-kira sekitar setengah jam obrolan antara bapak dan anak tentang percintaan terjadi.

    Kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga sih apa yang diomongin bapak gue tentang witing tresno jalaran soko kulino (cinta karena terbiasa) hanya bisa terjadi kalau pihak yang diusahakan terbiasa mau untuk menumbuhkan rasa cinta. 

Maksudnya gimana dip? 


   Maksudnya, misal ada sepasang insan yang bertemu lalu timbul kedekatan karena sering mengobrol (entah lewat chat atau langsung) dan bertemu sekian lama. Bisa saja salah satu di antara mereka tumbuh benih cinta karena terbiasa bersama. Tapi, bisa saja yang lainnya malah biasa saja. 
 
    Kenapa? Karena yang merasa biasa aja memang ga mau untuk jatuh cinta karena keterbiasaan akan kebersamaan tersebut. Akhirnya, witing tresno jalaran soko kulino (cinta karena terbiasa) hanya dirasakan oleh salah satu pihak. Bukan kedua belah pihak. 

     Ada kan sebagian pasangan yang nikah tanpa cinta percaya cinta akan tumbuh karena terbiasa namun akhirnya gagal karena salah satu pihak tidak pernah menghendakinya? Ada. 

  Waktu zaman SMA, pernah ada seorang kakak kelas perempuan yang berani banget buat deketin gue duluan (cailah sok ganteng banget lu dip!). Dia nanya ID Line gue karena alasannya apa gitu. Gue lupa. Tapi tentunya tetap gue kasih dong. Saat itu gue ga sadar kalau dia demen sama gue (kan kan sok ganteng bin kepedean lu dip!!!). Gue baru sadar setelah beberapa waktu PDKT yang gue lakukan ke adik kelas beda SMA gagal. Sudah ga dapet yang diusahakan, ga dapet pula yang mengusahakan duluan. Aduhhh teteh maaf ya aku sok kegantengan udah ga mau duluan. Teteh cakep dan manis kok :).

Kenapa hal tersebut terjadi sama gue? 

   Karena dari awal gue udah menolak duluan dan terlalu fokus sama satu orang. Selayaknya investasi uang, ada nasehat yang bagus banget buat diterapkan dalam hal percintaan. 

Never put all eggs in just one basket.

Di lain kesempatan gue bakal bahas nasehat tersebut. 
continue reading Tentang Witing Tresno Jalaran Soko Kulino (Cinta Karena Terbiasa)

Tuesday, February 15, 2022

Hidup adalah tentang memantaskan diri

 Setelah beberapa bulan wisuda kuliah, ada hal-hal yang gue baru sadari. Salah satu hal yang baru gue sadari beberapa waktu belakangan adalah tentang memantaskan diri. Kalau kita punya tujuan, maka yang harus dilakukan adalah memantaskan diri untuk mencapai tujuan tersebut. 

  Dari zaman SMA, gue bersikeras tentang menjadi penulis buku dan pengusaha. Gue ga mau kerja kantoran biar bisa bebas libur kapan aja. Biar ga disuruh-suruh sama orang lain. Namun, seiring berjalannya waktu, gue seperti lupa akan tujuan saat dalam kesibukan kuliah. Gue lebih sering fokus pada pendapatan aktif (yakni nge-Grab)  daripada belajar caranya berbisnis dan memulainya. 


Mengantarkan paket Same Day. Dokumentasi pribadi. 

   Barulah setelah beberapa bulan coba jaga toko kakak gue (Warung Ustman) ini gue sadar bahwa gue belum pantas untuk cita-cita jadi pengusaha. Mungkin untuk level pedagang pun belum bisa juga. Karena apa? Karena gue tidak memantaskan diri dengan mempersiapkan ilmu-pengetahuan yang ada serta coba mulai jualan. Jadinya gue harus benar-benar memulai dari nol. Kalau aja gue udah serius berbisnis dari zaman kuliah, minimal udah bisa setengah jalan lah ya. 

   Memantaskan diri ini berlaku buat segala hal. Nikah, kuliah ke luar negeri, jadi seniman yang mendunia, dsb. Nah, kalau ada pertanyaan kaya begini:

"Kok gue belum bisa dapetin apa yang jadi tujuan gue ya? 

Jawabannya bisa jadi:

"Karena lu belum memantaskan diri"

   Tulisan ini buat jadi pengingat diri sendiri sih. Biar ke depannya kalau menetapkan sebuah tujuan, ya harus memantaskan diri terlebih dahulu. Jangan ngotot pengen sesuatu tapi ga mempersiapkan diri. 

   Terus kalau udah memantaskan diri buat sebuah tujuan tapi belum bisa tercapai juga gimana dip? 

   Ya mungkin ada faktor-faktor lain yang menentukan. 

continue reading Hidup adalah tentang memantaskan diri