Sunday, April 26, 2020

Begini Suka-Duka Driver Ojol Saat PSBB


Hampir dua bulan sudah kasus positif virus Corona di Indonesia sejak diumumkan pemerintah. Meski ada yang melacak keberadaan virus ini sejak bulan Januari.

Sejak pengumuman kasus tersebut, banyak hal-hal yang berubah. Termasuk kebijakan pemerintah pusat untuk menangani pandemi ini. Salah satunya adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar. 

Gue sebagai driver ojol pun salah satu yang terdampak dari kebijakan PSBB tersebut. Meski mungkin ga separah yang lain sih. Here we go!

Cerita suka:

1. Jalanan sepi


Sejak diberlakukannya kebijakan PSBB dan gerakan #dirumahaja, banyak masyarakat jadi berdiam diri di rumah untuk menghindari penularan virus Corona ini. Akibatnya, jalanan jadi sepi ga kaya biasanya. Waktu tempuh pun jadi lebih singkat.

2. Orderan express(paket) jalan terus

Karena dihimbau buat #dirumahaja, banyak masyarakat jadi belanja online. Bahkan, kemarin-kemarin gue pernah mengantarkan kecap satu bungkus kecil. Bayangin gais, beli kecap cuma sebungkus tapi dengan ongkir! Mungkin pembelinya emang buat menghindari virus ini. Mungkin juga saking malesnya.-.

3. Driver ojol rasa orang kantor

Setelah jalanan sepi dan masyarakat di rumah, jadinya ritme kerja yang gue jalani kaya orang kantor aja gitu. Berangkat agak siang, pulangnya sore. Gitu terus. Alhamdulillah. Enak sih kaya gini. Berasa bukan di Jakarta wkwkwk.

4. Tip mengalir deras wkwkwk

Ini entah perasaan gue doang apa karena emang kenyataan ya. Jadi banyak penerima paket yang memberi tip. Walaupun ga semua. Lumayan lah buat beli es atau ganti uang parkir.

Sedangkan, duka karena bencana virus Corona ini adalah:

1. Driver ojol pada berkerumun di area ramai express(paket)



Ini gue alami beberapa hari yang lalu. Karena para ojol dilarang untuk mengangkut penumpang, jadinya celah yang bisa diharapkan adalah food dan express. Bayangin aja gais,  di tempat yang biasanya gue dapet orderan express jadi ditongkrongi banyak driver ojol. Padahal mah ga boleh berkerumun ya. Tapi tetep aja mereka bandel wkwkwk. Ngaruhnya apa coba sama nerima orderan. Malah bikin rebutan sinyal itu mah. Jadinya gue harus pindah tempat dah.

2. Was-was dimanapun

Asli dah. Virus kecil nan jahat ini ga bisa ditebak keberadaannya dimana. Jadinya selalu waspada dengan mencuci tangan pake sabun saat mau wudhu atau pake hand sanitizer kalo lagi ga ada air. 

3. Sebagian sepi order

Gue tahu, ga semua driver suka mengambil orderan paket atau makanan. Lebih cenderung buat dapetin orderan penumpang. Tapi, di saat kaya gini kan lagi ga boleh. Jadinya.. cuma bisa menunggu keajaiban atau nyari order sesuai. Itupun harus tahu titik-titik ramai orderan paket atau makanan.

4. Jalanan kecil pada ditutup

Jalan menuju hatimu

Ini yang menjadi duka kala harus tetap narik di pandemi virus Corona. Dimana aja, kalau udah masuk gang atau perumahan gitu pasti ga dibolehin deh. Karena ini, jadinya harus muter agak jauh atau berhenti di portal tersebut dan penerimanya yang nyamperin.

Gimana menurut kalian tentang suka duka ojol selama pandemi virus Corona ini? Komen ya di bawah!

continue reading Begini Suka-Duka Driver Ojol Saat PSBB

Tuesday, April 21, 2020

Pelajaran yang Terlewatkan


Pagi itu mentari masih malu-malu menyinarkan cahayanya. Dengan mata yang berat gue coba bangkit dari pembaringan. Sejurus kemudian gue liat hp sebentar. Gue ga percaya sama apa yang telah gue lihat. Karenanya hampir seharian gue rada ga fokus.

Sore hari, saat gue lagi arah pulang narik, kepikiran buat nelpon teman gue dari sejak SD. Orang yang udah sering dengerin curhatan gue.

Gue curhat tentang something yang  gue rasakan ke seseorang(cailah). Sesuatu yang baru beberapa belakangan ada. Tapi ga berani buat bilang dan.. karena faktor lainnya. 

Ceritalah panjang kali lebar kali tinggi. Walau ga bisa jadi ruang bangun. Ada juga cerita yang belum pernah diceritakan sebelumnya. Ya intinya masalah yang beberapa orang curhat ke gue juga. Asmara. Wkwkwk. Fakir asmara yang seolah pakar :(.

Teman gue memberi nasehat dengan contoh kejadian nyata dan berdasarkan pengalaman hidupnya pas zaman sekolah juga.
Di tengah obrolan itu, gue menyadari sesuatu yang terlupa.

Ikhlas.

Sebuah bentuk penyerahan atas segala sesuatu yang telah diusahakan dan kadang emang ga sesuai kenyataan.

Sepertinya semenjak gue lulus SMA, kalau ada sesuatu yang tidak seharusnya terjadi atau tidak direncakan gue pengennya marah-marah aja. Ga bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, rencana yang tidak sesuai itu sendiri bagian dari hidup yang tak bisa dilewati. Layaknya cerita fiksi.

Dari berakhirnya obrolan di telepon itu juga, gue harus menerapkannya kembali dalam kehidupan sehari-hari. Ga bisa langsung bisa. Latihannya juga setiap hari. 




continue reading Pelajaran yang Terlewatkan

Saturday, April 11, 2020

Terjebak Romansa Masa Lalu

Beberapa hari kemarin, gue sempat menengok-nengok kembali tulisan-tulisan di blog yang pernah gue posting semenjak SMA. Entah karena apa, gue membaca kembali satu tulisan yang terinspirasi dari nasehat guru saat SMA.
Mungkin karena gue mengalami gabut parah akibat punya banyak waktu tapi ga tahu pengen ngerjain apa. 

Ada beberapa poin yang bisa gue ambil dari melihat kembali tulisan tersebut. Pertama, gue bertanya ke diri sendiri Waktu zaman sekolah, lu udah berani menulis di blog(meski ga bagus-bagus amat), kenapa pas kuliah malah vakum dalam waktu yang panjang? Kedua, gue seperti mengalami perasaan terjebak romansa masa lalu gitu. Misalnya nih, lu dulu bisa beli hp dari hasil tabungan. Sedangkan keadaan sekarang malah boros habis. Dan ga ada niat buat menuju kembali lebih baik dari yang udah pernah diraih. Itu artinya lu mengalami keadaan terjebak dalam romansa masa lalu.

Nah, gue ga pengen kaya begitu.  Selain itu juga karena merasa sayang aja, udah sering dapet tugas menulis yang buanyak tapi menulis buat diri sendiri masa ga bisa. Semoga ke depannya gue bisa rajin lagi posting tulisan blog. Walau(mungkin) yang baca sedikit... atau... bahkan ga ada. Mungkin loh ya. Kan bisa benar bisa tidak. Tapi gapapa. Hitung-hitung merekam jejak peristiwa hidup gue secara digital.
continue reading Terjebak Romansa Masa Lalu

Friday, April 3, 2020

Sebentar lagi lulus kuliah



Hal yang paling tidak bisa diukur dalam hidup memang waktu. Gue sekarang udah di semester 6 jurusan Jurnalistik kampus Unis Tangerang.

Banyak yang sudah dilewati. Teman-teman yang datang dan pergi silih berganti. Ada benarnya juga sih sebuah kalimat yang pernah gue baca saat SMA.

Di kuliah, masuk bareng belum tentu lulus bareng.

Gue mengalaminya sendiri. Ada beberapa teman yang harus gugur dalam perjalanan. Ada yang (mungkin) mundur untuk sementara karena ada urusan yang lebih penting. Ada juga yang pergi tanpa pamit. Ya mirip-mirip gebetan yang lagi disayang-sayangnya.

Tugas-tugas yang ada juga semakin hari bukannya makin sedikit malah makin banyak. Walau ga sekejam zaman sekolah sih. Masih mending lah tugasnya praktek dari teori yang sudah diajarkan.

Kalau dihitung secara normal, gue kuliah tinggal 2 semester lagi. Masih ada magang, KKK, dan Skripsi yang harus dilewati. Di samping itu juga ada beberapa hal yang harus gue kejar sebelum lulus kuliah. Nanti kalau hal-hal tersebut sudah gue lakukan, bakal gue ceritakan kembali di blog ini.

Dibilang berat, ya berat. Tapi petualangan ini harus diselesaikan dengan penuh tanggung jawab. Karena kuliah adalah investasi yang cukup mahal bagi gue yang dari kalangan menengah.

Semoga setelah petualangan dalam kuliah ini, gue bisa lebih siap dan kuat menghadapi petualangan hidup berikutnya. Kerja yang sesuai keinginan penuh waktu.
continue reading Sebentar lagi lulus kuliah