Wednesday, June 24, 2020

Kuliah Daring: dari Ketiduran sampai Ketimpangan Koneksi Internet

Ga berasa udah kira-kira tiga bulan berlalu sejak pengumuman kasus positif virus Corona di Indonesia. Banyakkk sekali suka dan duka selama waktu tersebut. Salah satunya adalah kuliah daring.

Awal-awal gue dan mungkin kalian yang baca ini pasti kaget lah kalau yang ga pernah sekalipun melakukan kegiatan kuliah daring. Dari coba-coba aplikasi yang baguslah buat kelas rame-rame, masalah awam menggunakannya lah. Belum lagi koneksi internet yang ga merata.

Selain itu, waktu awal kuliah daring juga gue merasakan kesenangan yang sebelumnya jarang gue dapatkan. Bebas narik!!!!! Yeahhh!!! 

ini waktu hari pertama kuliah daring. Gue sambil narik. Hehehe.


Gue mencuri-curi waktu buat narik sementara juga ikut kuliah. Ilmu dapet, presensi dapet, duit apalagi. Multiple Cuan at the same time.

Seiring waktu berlalu, ada yang berbeda dari kegiatan ini. Tugasnya ada aja. Et dahh. Kejar tayangg. Kemudian sempat beristirahat saat bulan ramadhan kemarin. Karena kampus gue bernaung emang kebijakannya tiap tahun begitu.

Sebelum libur itu, gue udah merasakan hawa-hawa males sih. Ikut kuliah sekedar ikut. Sampai pernah ketiduran dan gue tinggal sendiri di aplikasinya dong :(. Hikss.

Kok bisa ketiduran pas kuliah daring?

Bisa. Kan cuma join virtual meeting dan dengarkan. Tanpa ada kamera yang memperlihatkan gue lagi ngapain. Soalnya kalau dihidupkan bisa menggangu koneksi gitu katanya. 

Kendala koneksi internet yang ga semuanya lancar juga jadi masalah serius sih. Ada aja suara yang putus-putus, ga bisa konek sama sekali karena jauh dari jangkauan, sampai yang emang ga bisa sama sekali. Teman kelas gue yang lagi ada di Madura terkendala banget sih soal ini. Entah karena daerahnya yang jauh atau provider yang kurang bagus. Mendikbud Nadiem Makarim sempat kaget gitu sih kalau fasilitas listrik dan sinyal internet di negara kita tercinta ini belum semua daerah memadai. Jangan lupa juga kalau kuliah daring ini memakan kuota yang buanyakkk sekali. Gue yang sehari 1GB sih ga masalah ya asal ga nonton Sora aoi  Anime atau Kamen Rider dahulu.

Saat tulisan ini ditulis, gue lagi menjelang UAS semester genap nih. Ibarat di cerita-cerita fiksi mah tensinya udah berkurang sedikit demi sedikit. Gatau dah nanti K3  setelahnya gimana. Bisa tetap jalan atau batal.

continue reading Kuliah Daring: dari Ketiduran sampai Ketimpangan Koneksi Internet

Monday, June 1, 2020

Resensi buku: Sebening SyahadatーDiva SR

Dokumen pribadi


Penulis: Diva SR
Penerbit: Best media
Tahun terbit: Agustus, 2016
Tebal: 406 halaman
Harga: Rp 99,000


Sinopsis:
Sam, seorang lelaki remaja yang banyak diidam-idamkan kaum hawa, dengan kehidupan kelamnya. Kemudian semua itu berubah seratus delapan puluh derajat setelah ia bertemu dengan perempuan berkerudung panjang dari seberang sekolahnya. Dengan segala ketangguhan tekadnya, ia berusaha untuk mendapatkan hati perempuan itu. Tetapi perbedaan terlalu sulit untuk mereka terjang, akankah perbedaan dapat menyatukan mereka?

Resensi:
Novel yang masuk ke dalam kategori teenlit menyuguhkan kisah Samuel Arya Baskoro yang mencari jati diri di SMA. Dalam pencariannya tersebut ia bertemu dengan perempuan yang belum pernah ditemuinya. Haba. Novel ini berawal dari sebuah situs kepenulisan Wattpad yang telah dibaca sebanyak 1,2 juta kali.

Alur cerita yang disuguhkan menarik. Khas remaja sekali. Dengan segala jalan berliku yang harus ditempuh, novel ini juga tak ketinggalan candaan-candaan yang bikin gemas dan ketawa sekaligus. Dari segi karakter, sudah bisa dibilang lumayan karena masing-masing tokoh punya kekhasannya masing-masing.

Namun, sebuah karya pasti mempunyai kekurangan yang terkandung di dalamnya. Seperti halnya dalam novel Sebening Syahadat yang ditulis oleh Diva Sinar Rembulan ini juga memiliki beberapa kekurangan.  Pertama, tidak konsistennya penambahan footnote untuk kalimat dalam bahasa Sunda yang ada. Kedua, penamaan tokoh yang mirip-mirip seperti Haba, Hada, Sandy, dan Sindy membuat bingung orang yang membaca jika tidak dilakukan secara terus menerus. Harusnya ada alternatif lain seperti, Hada diganti Nada, Sandy diganti dengan Sandra. Ketiga, penyunting buku ini tidak melakukan tugas proofreading dengan baik karena terdapat beberapa kata yang salah ketik namun tidak diperbaiki. Keempat, ending cerita dalam buku ini terasa kurang greget. Harusnya bisa dipadatkan menjadi satu bab saja. 

continue reading Resensi buku: Sebening SyahadatーDiva SR